SARWONO KUSUMAATMADJA: KAKAK, SAHABAT & GURU
oleh: Ipong Witono
Hubungan kami tersambung lewat sejarah generasi ke generasi. Sarwono muda adalah seorang aktivis Dewan Mahasiswa ITB, di mana saat itu ayah kami, Mayjen AY Witono bertugas sebagai Pangdam Siliwangi.
Pada era transisi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, dinamika stabilitas politik sangat tinggi.
Dalam forum kemasyarakatan seringkali Kodam Siliwangi membuka komunikasi intens dengan kelompok mahasiswa, khususnya di Bandung.
Dalam proses politik itulah beberapa aktivis mahasiswa, di antaranya: Sarwono Kusumaatmadja terpilih menjadi anggota DPR RI hasil Pemilu 1971 melalui Sekber Golkar.
Dialog yang tercipta antara para aktivis dengan kekuatan politik lainnya yang di kemudian hari menjadi anggota legislatif tersebut menjadi jembatan bagi pembaharuan politik di masa depan.
Sarwono dan kawan-kawan menjadi motor dan memberi sumbangan penting bagi pembaharuan politik nasional.
Situasi politik saat itu semua kekuatan politik dituntut untuk membangun kerja sama.
Membangun pemahaman baru akan pentingnya kerja sama sesama elemen bangsa dalam menata kembali tata pemerintahan yang mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Karakter Sarwono yang original menjadi menarik disimak oleh pucuk kekuasaan. Egaliter, lugas, intelektual, kritis dan konstruktif lambat laun menjadi salah satu tokoh bandul penting bagi modernisasi partai di masa depan.
Kepemimpinannya yang menonjol membawa dirinya dipercaya menjadi Sekjen Golkar dari sipil pertama, di mana saat itu Golkar disesaki oleh militer (angkatan darat). Dan yang fenomenal adalah, ia menjadi Sekjen termuda dalam sejarah Golkar (1983) pada usia 40 tahun.
Saat itu Golkar menjadi sentra kekuatan politik Orde Baru. Dengan jabatan yang begitu dahsyat di masanya, Sarwono tetap menjadi seorang Sarwono, apa adanya.
Tangga politik mengasah kepemimpinannya mengabdi di masyarakat. Tercatat ia terus dipercaya menjadi menteri lintas rezim.
Di samping itu, peran sosial kemasyarakatannya pada generasi muda memberi dampak yang tidak sedikit bagi masyarakat.
Sarwono aktif di berbagai komunitas masyarakat sipil. Salah satu yang ditekuninya adalah organisasi penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri. Sebuah organisasi pemuda yang berdiri sejak 1964, dihasratkan untuk menempa karakter pemuda dengan media latihan di alam terbuka yang dimaksudkan untuk menanamkan cinta pada tanah air, ilmu pengetahuan dan peduli pada lingkungan hidup.
Perjumpaan kami mulai intens pada komunitas yang kami dirikan bersama yaitu Forum Sahabat (Forsa) diawal tahun 2000. Sebuah forum dialog lintas generasi dan lintas profesi yang memiliki latar belakang berbeda-beda.
Sarwono aktif menyampaikan pandangan dan sikapnya terhadap kehidupan berbangsa. Walau jauh lebih senior dari sebagian yang berkumpul, Sarwono selalu memberi atensi dan respek atas pandangan pihak lainnya, walau mungkin berbeda perspektifnya.
Hingga saat ini Forsa masih aktif berkegiatan dan seiring waktu para sahabat Forsa berpulang pada Sang Khalik, antara lain; Letkol (Purn) Djuanda, Prof Otto Soemarwoto, Prof JB Sumarlin, Gus Solah, HS Dillon, Arswendo Atmowiloto, Bondan Winarno dan Prof Soebroto.
Pada tahun 2008, Sarwono dipercaya menjadi Ketua Dewan Penasihat Ekspedisi Garis Depan Nusantara. Sebuah ekspedisi yang berikhtiar mendata keberadaan 92 pulau terdepan di Indonesia. Ekspedisi yang memakan waktu 3 tahun tersebut dipimpin oleh Arifin Panigoro.
Antusiasme Sarwono pada kebaharian tumbuh tertanam karena persinggungan yang intens dengan Mochtar Kusumaatmadja, kakaknya. Walau usianya terpaut 11 tahun. Sejarah mencatat Sarwono menjadi menteri Eksplorasi Kelautan pada pemerintahan Gus Dur.
Dalam proses ekspedisi tersebut Sarwono dengan sepenuh hati mencurahkan pikiran, pengalaman, gagasan dan jaringannya kepada tim ekspedisi. Ia ingin ekspedisi ini berhasil agar tumbuh kecintaan generasi muda pada budaya bahari.
Seyogianya memang begitu namun realitanya bangsa Indonesia sepenuhnya masih berorientasi pada daratan (kontinental) bukan pada kepulauan (archipelago). Sungguh absurd.
Sarwono selalu menekankan bagaimana pentingnya Deklarasi Djuanda sebagai tonggak kebangsaan ketiga setelah Sumpah Pemuda (1928) dan Proklamasi (1945).
Sarwono membuat tradisi penting di mana kami di setiap tanggal 13 Desember rutin memperingati Hari Deklarasi Djuanda, yang secara nasional disebut Hari Nusantara.
Sarwono menanamkan pentingnya makna Hari Nusantara dikembalikan pada peristiwa Deklarasi Djuanda pada tahun 1957.
Pada tahun ini tentu kami tidak dapat merayakan bersamanya. Namun spirit cinta tanah air dengan keras kepala berhasil ditanamkan kepada kami semua.
Di akhir hidupnya, Sarwono menjadi penasihat kami di Komite Pemulihan & Transformasi Ekonomi Daerah Jawa Barat sejak 2020. Sebuah komite yang ditugaskan pemprov Jabar memberi masukan rekomendasi untuk menanggulangi krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19.
FEW: Food, Energy & Water adalah tiga kata kunci penyelamatan ekonomi sebuah bangsa. Perubahan iklim dan ketersediaan pangan salah satu fokus perhatiannya. Pandangannya diacu banyak pihak. Ia mengajari kita akrab dengan krisis. Krisis adalah peluang untuk menata kembali peradaban kita yang usang.
Adaptasi menjadi kata kunci agar kita bertahan hidup. Ia memberi perspektif terobosan tentang matinya semua kerja birokrasi yang lamban, tidak inovatif, ketika berhadapan dengan krisis.
Ia mengajarkan kita untuk belajar dari fenomena kecil namun hakiki agar kita tak terjebak pada pola pikir lama yang lambat pada pengambilan keputusan di saat krisis.
Sarwono mencatatkan pemikirannya secara produktif melalui dialog yang konstruktif. Semua sarannya terbukti ampuh dan relevan hingga di masa depan.
Sarwono adalah teladan bagi kami. Sebagai kakak dia melindungi dan menanamkan akhlak pada integritas, sebagai sahabat dia loyal, sebagai guru, ia adalah mata air yang tak pernah surut akan ilmu padi.
Sarwono adalah jejak tapak manusia yang selalu mengedepankan rasionalitas, kejujuran dan keteguhan sebagai bekal mengarungi samudera kehidupan.
Selamat jalan kakak, sahabat dan guru kami.
...till we meet again...
Jasamu Abadi
Bandung, 24 Juli 2023
Ipong Witono
Ketua Harian Komite Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Jabar